Sabtu, 13 Oktober 2012

SUDAH PANTASKAH DOA SHALAT KITA DIKABULKAN

Shalat adalah penghambaan dan doa. Bacaan shalat saat duduk antara dua sujud adalah merupakan inti doa shalat. Tentu kita ingin agar doa shalat kita dikabulkan, bukan ?

Duduk antara dua sujud disebut juga dengan “Duduk Permohonan”, karena dalam duduk tersebut, seorang hamba memohon kepada sang Maha Pemurah dengan tujuh permohonan penting, yaitu :
  • Ampunan
  • Belas kasihan
  • Kecukupan
  • Derajat yang tinggi
  • Rizki
  • Petunjuk
  • Kesehatan
“Rabbighfirlii, warhamni, wajburnii, warfa’nii, warzuqnii, wahdinii, wa’aafinii”
Ya Allah, ampunilah dosaku, dan belas kasihanilah aku, dan cukupkanlah kekuranganku, dan tinggikanlah derajatku, dan berilah aku rizki, dan berilah aku petunjuk, dan berilah aku kesehatan. Dapat ditambahkan dengan wa’fuannii (dan maafkanlah aku)
Tujuh permohonan tersebut merupakan kebutuhan pokok manusia untuk kebahagiaan hidup di dunia (fi dunya hasanah) dan kebahagiaan  hidup di akhirat (wa fil akhirati hasanah).

Berapa detik doa shalat dalam duduk permohonan anda?
Banyak di antara kita belum memahami hakikat duduk antara dua sujud ini (duduk permohonan untuk 7 kebutuhan pokok dunia-akhirat). Karenanya, mereka meremehkannya. Ini terbukti dengan masih banyaknya orang shalat yang sama sekali tidak menghayati duduk antara, mereka melakukannya hanya dalam 3 – 5 detik saja. Padahal, untuk dapat menghayati nikmat dan pentingnya model duduk ciptaan Allah ini, dan untuk dapat menghayati tujuh ratapan permohonan kebutuhan pokok dalam duduk ini dibutuhkan sekitar 20 detik!
Kalau duduk permohonan kita hanya 5 detik, membaca doa shalat secepat kilat, tanpa ratapan, tanpa harapan, tanpa penghayatan, tanpa ruh… pantaskah kita mengharap tujuh permohonan kita dikabulkan?
Mari berintrospeksi, kita teliti benar-benar, apakah kita sudah cukup memberi penghayatan pada setiap gerak dan bacaan shalat yang kita lakukan? 
Sudah pantaskah doa shalat kita dikabulkan? ***

TATA CARA BERDOA

Bagaimana cara berdoa yang baik ? Simak ini dulu…
Coba bayangkan seandainya tiba-tiba ada orang mendatangi anda, dan langsung meminta uang dengan cara yang tidak sopan… Dia tidak kulo nuwun, tidak memanggil nama anda dengan santun, tidak memiliki tata krama… Bagaimana perasaan anda? Iba atau empet?
Nah, jika anda sadar betul akan jawaban pertanyaan di atas, andapun pasti yakin bahwa anda tidak boleh bergaya preman kampung macam itu kepada orang lain! Setuju, juragan?
Apalagi kepada Allah…. tentu sangat tidak boleh!
Berlaku sopanlah dalam meminta kepada Allah! Sebutlah nama-Nya dengan santun, gunakan tata krama yang baik.  Jangan langsung to the point meminta. Mengapa doa kita tumpul? Salah satunya karena tingkah kita sendiri yang tidak beradab dalam meminta.
Mari perbaiki cara berdoa kita agar lebih maqbul. Lantas, bagaimana tata cara berdoa yang baik berdasarkan Al Quran dan hadits? Inilah jawabannya:

1. Mulailah dengan basmalah

2. Memuji Allah
“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya” (An Nashr:3). Dalam ayat ini, Allah memberikan petunjuk agar kita memuji-Nya sebelum menyampaikan maksud doa yang kita panjatkan. Memuji Allah ialah dengan mungucapkan “Alhamdu lillaahi robbil aalamiin” (segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam), atau dengan redaksi lainnya.

3. Bershalawat untuk Nabi
Dari Annas bin Malik: “Tidaklah seseorang berdoa, kecuali antara dia dan langit ada hijab, sampai dia bershalawat kepada nabi”.
Jadi, bershalawat kepada Nabi sangat penting untuk membuka hijab (tirai) agar doa kita sampai pada Allah azza wa jalla. Bershalawat atas Nabi misalnya membaca “Allahumma shalli ala (sayyidinaa) Muhammad” atau dengan redaksi lain yang anda sukai.

4. Sebutlah nama-Nya dengan santun (dengan asmaul husna)
“Dan Allah memiliki asmaul husna, maka berdoalah dengan menyebut asmaa-ul husna itu “(QS Al Araf : 180).
Contoh membaca asmaul husna dalam berdoa:
  • Yaa Allah, yaa ROZAK berilah kami rizki yang halal
  • Yaa GHOFUR… ampunilah kami
  • Robbanaa innaka anta SAMIIUL ‘ALIIM watub alaina innaka anta TAWWAABU RAHIIM
5. Menyebutkan maksud yang diminta
Point ke-5 ini adalah inti dari doa (permintaan) kita

6. Tutup doa dengan shalawat Nabi, memuji Allah, dan Amin
Washallallahu ala (sayyidinaa) Muhammadin, walhamdulillaahi rabbil aalamiin. Aamiin.

Contoh redaksi doa singkat berdasarkan urutan poin-poin di atas:
(1) Bissmillahirrahmaanirrohiim
(2) Alhamdulillahi robbil aalamiin
(3) Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad
(4) Ya Allah ya ROZAK
(5) Hari ini saya mau berdagang, berilah kami rizki yang halal dan melimpah
(6) Washallallahu ala (sayyidina) Muhammad, walhamdulillaahi rabbil aalamiin
. Aamiin.
Poin (5) sebaiknya menggunakan doa yang ma’tsur, yaitu doa yang ada dalam Al Quran atau doa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, misalnya:
Rabbij’alnii muqiima shalaati wamin dzurriyaatii (QS Ibrahim). Ya Allah jadikanlah saya dan keturunan saya sebagai orang yang dapat menegakkan shalat.
Allahummakfinii bihalaallika an haraamika wa aghninii bi fadhlika ‘amman siwaak (HR Tirmidzi). Ya Allah berilah saya rizki yang halal, bukan yang haram. Dan kekayaan (rizki yang melimpah) yang Engkau ridhai, bukan yang engkau murkai.
Mari meminta kepada Allah dengan tata cara berdoa yang baik.!!

KHASIAT AYAT KURSI

Al Quran adalah petunjuk bagi manusia. Al Quran juga memilki fungsi lainnya. Di bawah ini adalah khasiat ayat kursi (Al Baqarah 255) yang dibeberkan oleh setan. Ya, setan telah membeberkan rahasia kelemahannya kepada manusia. Meskipun ini rahasia dari setan, namun kita selaku muslim harus mempercayainya. Mengapa? Sebab, rahasia tersebut sudah dibenarkan oleh Nabi Muhammad dalam hadits shahih di bawah ini. Karena itu, rahasia tentang khasiat ayat kursi ini PASTI benar! Anda harus tahu. Simak kisah nyata di bawah ini…

Dari Abu Hurairah, Rasul SAW, mewakilkan tugas menjaga zakat fitrah Ramadhan kepadaku, lalu ada seseorang menghampiriku dan dengan segera ia mengambil segenggam makanan yang dijaga itu. Dan akupun secepatnya menangkap dia dan kukatakan bahwa aku tiada segan mengaduka hal ini kepada Rasul SAW. Maka ia mengeluh, katanya : “Aku ini seorang miskin yang punya banyak beban keluarga, dan aku sangat membutuhkanya kemudian kulepaskan ia pada pagi harinya aku menghadap Rasulullah SAW, dan beliau besabda : “Ya Abu Hurairah, apa yang diperbuat tawananmu semalam? Jawabku : “Ia mengeluh bahwa ia miskin dan hingga aku tidak sampai hati, maka kulepaskan ia. Sabdanya : “Ia membohongimu, dan nanti malam ia akan menghampirimu kembali Alkisah, aku menjaganya lebih ketat, karena beliau SAW, memberitahukan ia akan menghampirku lagi. Ternyata benar juga, ia datang dan mengambil segenggam lagi, lalu kutangkap ia, dan kukatakan hal ini akan diadukan kepada Rasul SAW, ia menjawab seperti malam pertama, dan ia berjanji tidak bakal mengulanginya. Karena jawabanya itu, maka kulepaskan ia. Dan pagi harinya beliau SAW, menegur tindakanku semalam (partanyaan dan jawabannya sama dengan pada malam pertama). Pada malam ketiganya aku lebih memperketat penjagaan, dan ternyata ia datang lagi menghampiriku, dan berbuat seperti malam-malam sebelumnya. Aku katakan kepadanya : “Ini sudah malam ketiga kau sudah berjanji tidak bakal mengulanginya, kenapa kau kembali lagi? Jawabnya : “Lepasakanlah aku, dan aku berjanji akan mengajarkan kepadamu kalimat yang dapat kau ambil manfaatnya. Tanyaku : “Apa yang dimaksud?
 
khasiat ayat kursi dan keistimewaan ayat kursi

Ayat Kursi
Jawabnya : “Ketika hendak tidur bacalah olehmu ayat kursi, pasti kau dijaga selalu oleh Allah, dan syetan tiada menghampirimu sampai pagi hari. Lalu kulepasakan ia, dan pada pagi harinya beliau SAW, kembali bertanya : “Apa yang di perbuat tawananmu semalam? Jawabku : “Ia mengajarkan beberapa kalimat kepadaku, katanya dapat diambil manfaatnya bagiku, sampai aku melepasakannya. Tanya beliau SAW : “Kalimat apakah itu? Jawabku : “Ia mengatakan, apabila kau tidur, bacalah AYAT KURSI, pasti kau akan selalu dijaga oleh Allah dan syetan tiada menghampirimu sampai pagi hari, kemudian beliau bersabda : “Ia berkata benar, padahal biasanya ia berbohong. Tahukah kau siapakah ia? Jawabku : “Tidak tahu, lalu beliau bersabda : “Itulah syetan.” (HR. Bukhari)
Demikianlah khasiat ayat kursi yang begitu dahsyat. Saya yakin anda sudah hafal ayat kursi, bukan? Tapi, sudahkah anda selalu membacanya sebelum tidur? Kalau belum, mulailah malam ini.

 

Keistimewaan Ayat Kursi

Dari Ubay bin Ka’ab, Rasul SAW, bersabda: “Hai Abul-Mundzir, tahukah kamu manakah ayat yang paling agung dalam Al Quran bersamamu? Jawabku : “Allaahu Laa Ilaaha Illaa Huwal Hayyul Qayyum. Al Baqarah 255 atau dikenal dengan ayat kursi, lalu beliau SAW, menepuk dadaku, seraya bersabda : “Semoga bertambah dalamlah ilmu pengetahuanmu hai Abul Mundzir.” (HR Muslim)
Semoga hadits tentang khasiat ayat kursi dan keistimewaannya dapat menambah jendela wawasan kita, dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk menambah amalan harian kita.


BACAAN SHALAT PALING DAHSYAT

Al Fatihah adalah bacaan shalat yang amat dahsyat. Dalam fiqih tuntunan shalat, Al Fatihah merupakan bacaan shalat yang bersifat rukun. Teristimewa, Allah akan menjawab pada setiap ayat yang kita baca. Luar biasa, bukan…?

Buktinya? Ini dia, firman Allah dalam hadits qudsi:

Nabi SAW bersabda, “Allah SWT berfirman: Shalat itu Kubagi dua antara Aku dan hamba-Ku. Untuk hamba-Ku ialah apa yang dimintanya.

Apabila ia mengucapkan Alhamdulillahi rabbil alamin, Aku menjawab: “Hamba-Ku memuji-Ku”.

Apabila ia mengucapkan Arrahmaanirrahiim,
maka Aku menjawab: “Hamba-Ku menyanjung-Ku”.

Apabila ia mengucapkan Maaliki yaumiddiin,
maka Aku menjawab: “Hamba-Ku mengagungkan-Ku”.

Apabila ia mengucapkan Iyyaka nabudu waiyyaaka nastaiin,
maka Aku menjawab: “Inilah bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang dimintanya”.

Apabila ia mengucapkan Ihdinashirratal mustaqim, shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi alaihim waladhaalin, maka Aku menjawab:
“Inilah bagian hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang dimintanya” (HR Muslim).

Sungguh luar biasa, ternyata Allah langsung menjawab bacaan shalat kita… Terungkap sudah rahasianya, mengapa Rasulullah membaca Al Fatihah ayat-demi ayat (tidak menyambungnya), sebagaimana dikatakan dalam hadits: “Kemudian beliau SAW membaca Al-Fatihah, beliau memenggalnya ayat demi ayat…” (HR Abu Dawud).
 
 
Alfatihah Bacaan Shalat

Sahabatku yang berbahagia… karena itu, untuk memaksimalkan bacaan Al Fatihah, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Membacanya ayat demi ayat (tidak menyambung)
- Memahami kandungan arti surat Al Fatihah, kata demi kata
- Mengetahui dan merasakan jawaban Allah pada ayat demi ayat yang kita baca
- Meyakini bahwa jawaban Allah akan segera terwujud buat kita

STOP! Artikel tentang shalat ini tidak banyak memberi manfaat jika anda hanya membacanya, tanpa mengamalkannya. Jika anda belum lancar mengartikan Al Fatihah kata demi kata, jika anda belum menghafal jawaban Allah ayat demi ayat… Segera tinggalkan aktivitas anda yang lain. Utamakan belajar shalat…. Raih dahsyatnya manfaat shalat…

PENDIDIKAN ISLAM

Sebagai orang yang menganut ajaran agama Islam hendaknya kita mengetahui sejauh mana pendidikan Islam itu sendiri. Tidak sedikit orang yang mengaku beragama Islam akan tetapi pengetahuan tentang pendidikan Islam sangat minim yang berakibat tindakan dan tingkah lakunya tidak layak disebut sebagai orang Islam.


Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya.


Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah maupun manusia. (QS. Al Mujadilah (58) : 11)

Bahkan syaithan kewalahan terhadap orang muslim yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia tidak mudah terpedaya oleh tipu muslihat syaithan.

Muadz bin Jabal ra. berkata: “Andaikata orang yang beakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa tersebut namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi.”

Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab, “Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung merobohkannya karena kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal shalihnya.”

Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah. Akal ini digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menggunakan metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.

Pentingnya Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.

Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah (membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab wa sunnah (mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari Pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.

Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah (pemahaman/pemikiran) dan amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan tahpan-tahapan selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang kehidupan. (QS. Ali Imran (3) : 103)

Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber kepada Al Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah akan membentuk masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai Ilah saja. 

Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang diperolehnya adalah kenikmatan yang besar, yaitu berupa pengetahuan, harga diri, kekuatan dan persatuan. 

Tujuan utama dalam Pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh.  

Interaksi di dalam diri ini memberi pengaruh kepada penampilan, sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji Al Qur’an, sholat malam, shoum (puasa) sunnah, berhubungan kepada keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan latihan, maka semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan. Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya menjadi gaya hidup sehari-hari.

Kesinambungan dalam Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut tarbiyah Islamiyah merupakan hak dan kewajiban dalam setiap insan yang ingin menyelamatkan dirinya di dunia dan akhirat. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai akhir hayat.” Maka menuntut ilmu untuk mendidik diri memahami Islam tidak ada istilah berhenti, semaki banyak ilmu yang kita peroleh maka kita bertanggung jawab untuk meneruskan kepada orang lain untuk mendapatkan kenikmatan berilmu, disinilah letak kesinambungan.

Selain merupakan kewajiban, kegiatan dididik dan mendidik adalah suatu usaha agar dapat memiliki ma’dzirah (alasan) untuk berlepas diri bila kelak diminta pertanggungjawaban di sisi Allah SWT yakni telah dilakukan usaha optimal untuk memperbaiki diri dan mengajak orang lain pada kebenaran sesuai manhaj yang diajarkan Rasulullah SAW.

Untuk menghasilkan Pendidikan Islam yang berkesinambungan maka dibutuhkan beberapa sarana, baik yang mendidik maupun yang dididik, yaitu:

1. Istiqomah
Setiap kita harus istiqomah terus belajar dan menggali ilmu Allah, tak ada kata tua dalam belajar, QS. Hud (11) : 112, QS. Al Kahfi (18) : 28

2. Disiplin dalam tanggung jawab
Dalam belajar tentu kita membutuhkan waktu untuk kegiatan tersebut. sekiranya salah satu dari kita tidak hadir, maka akan mengganggu proses belajar. Apabila kita sering bolos sekolah, apakah kita akan mendapatkan ilmu yang maksimal. Kita akan tertinggal dengan teman-teman kita, demikian pula dengan guru, apabila ia sering membolos tentu anak didiknya tidak akan maju karena pelajaran tidak bertambah.

3. Menyuruh memainkan peran dalam pendidikan
Setiap kita dituntut untuk memerankan diri sebagai seorang guru pada saat-saat tertentu, memerankan fungsi mengayomi, saat yang lainnya berperan sebagai teman. Demikiannya semua peran digunakan untuk memaksimalkan kegiatan pendidikan.

Minggu, 16 September 2012

ALAM DAN PROSES PENCIPTAANNYA

Menurut kalangan Filosof

Adapun Penciptaan Alam menurut para filosof Islam :
  • Al-Farabi
Permasalahan yang muncul dalam kajian penciptaan alam ialah, apakah alam muncul langsung dari Tuhan atau tidak, kemudian apakah alam diciptakan dari tiada atau dari sesuatu yang ada. Menurut Al-Farabi, alam berasal dari Tuhan, namun melalui beberapa tahapan. Karena alam berasal dari Tuhan, maka alam diciptakan bukan dari tiada (al-maujudu minal ma’dum / creatio ex nihilio), melainkan dari suatu potensi (esensi) yang sudah ada, langsung dari Tuhan. Rumusan kedua ini tertuang dalam teori emanasi (hazriyat al-faydh)
Rumusannya :
Tuhan sebagai Akal berpikir tentang diri-Nya dan dari pemikirannya ini timbul satu wujud lain, yaitu akal pertama (first intellegence, atau wujud kedua. Akal pertama ini, karena ia berasal dari Tuhan yang esa, tanpa materi
(جوهر غير متجسم أصلا ولا مدة)
Kemudian akal pertama (wujud kedua)memikirkan Tuhan, lalu muncul akal ketiga. Akal ketiga memikirkan ketiga akal kedua, muncul akal keempat. Demikian seterusnya, sampai muncul akal yang kesepuluh. Setiap akal mempunyai wujud dan jiwanya masing-masing, sampai pada akal 10 (yang digelar sebagai an-nafs al-kull / jiwa universal). Dari akal 10 inilah terjadinya alam semesta termasuk manusia.

  • Ikhwanus Shafa
Al-farabi mengajukan teori emanasi (al-faydh), yaitu alam semesta memancar dari kesempurnaan wujud Allah. Akan tetapi bagi Ikhwanus Shafa menggunakan istilah lain yang disebut dengan “al-shudur”. Al-shudur pada prinsipnya mengetengahkan proses penciptaan alam melalui delapan tingkatan. Kedelapan fase tersebut :
-    Akal fa’al / akal kulli,Merupakan akal tertinggi, karena dia mampu berhubungan langsung dengan Allah, akal fa’al memiliki hubungan yang erat dengan Allah, disamping karena kemampuannya berhubungan dengan Allah, ia juga manifestasi dari Allah.
-    An-nafs al-kulliyah / Jiwa Universal, artinya inti dari jiwa seluruh alam semesta. Dari an-nafs al-kulliyah ini kehidupan, yaitu kehidupan tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.
-    Al-hayula al-ula, yaitu materi pertama. Ketika jiwanya sudah tersedia, lalu muncul materi pertama, sebagai bahan dari segala alam materi. Hayula al-ula ini menjadi bahan dasar fisik dari benda-benda (ma’adin), termasuk tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.
-    Al-thabi’ah al-fa’ilah, yaitu sifat-sifat natur yang melekat pada aflak dan unsur-unsur yang empat. Sifat natur itu seperti adanya api panas,dingin es dan lain sebagainya.
-    Jisim muthlaq, yaitu benda muthlaq yang riil sebagai perwujudan baru dari al-hayula al-ula.
-    Aflak, yaitu benda-benda angkasa yang sudah riil, sebagai perwujudan baru dari benda mutlak.
-    Al-anasir, yaitu unsur-unsur alam semesta seperti air, api, tanah dan angin.
-    Ma’adin (mineral), hayawanat (tumbuhan), insan( manusia) dan Nabatat (tumbuhan).




Menurut Kalangan Ilmuwan

Menurut sudut pandang ilmiah ada beberapa teori tentang penciptaan alam, namun di sini pemakalah hanya memaparkan 2 teori :
o Teori Keadaan Tetap dan Teori Ekspansi dan Kontraksi
Teori ini berpendapat bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir
o Teori Big Bang
Menurut teori ini alam semesta berasal dari masa yang sangat padat sekali, karena begitu padat, reaksi inti masa tersebut meledak. Masa yang meledak tersebut berserakan, mengambang dengan cepat menjauhi pusat ledakan, sehingga terbentuklah alam semesta. Adapun isi dari alam semesta tersebut adalah materi-materi hasil ledakan tadi. Setelah berjuta-juta tahun, masa yang berserakan itu berbentuk kelompok-kelompok. Kenyataan ini yang dikemukakan teori Big Bang, sekali lagi telah dinyatakan dalam Al-Quran empat belas abad yang lalu saat manusia memiliki kemampuan terbatas tentang alam semesta :
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya pada langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya (QS Al Anbiyaa 30)”
Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal dan membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain. Mengembangnya alam semesta adalah salah satu bukti terpenting yang ditunjukkan alam semesta yang diciptakan dari ketiadaan. Big Bang merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah diciptakan dari ketiadaan, dengan kata lain ia telah diciptakan Allah SWT.

 


Menurut Kalangan Mutakallimin
Alam adalah segala sesuatu selain Allah. Berawal (hadis) atau tidak berawal (qadîm) nya alam, tergantung dari terbatas (mutanahi) atau tidak terbatas (ghair al-mutanahi) nya bagian yang melengkapi alam. Jika bagian yang melengkapi alam sampai pada batas tertentu (had mu’ayyan), maka batas paling akhir dari bagian tersebut itulah yang dinamakan al-jawhar al-fard (atom). Dengan kata lain al-jawhar al-fard adalah batas maksimal suatu pembagian. Disini para mutakallimîn sekaligus merobohkan argumen filsuf yang berasumsi alam itu qadîm (tak berawal). Para Mutakallimin  mengatakan : jism (corpuscle) yang dalam hal ini merupakan bagian dari alam, pada prakteknya ada keterpautan antara satu dengan yang lain. Karena secara kasat mata, misalnya, gajah berbeda dengan semut. Jika tidak terbatas (ghair almutanahi) sebagaimana asumsi para filsuf, maka tidak ada bedanya antara gajah dan semut. Padahal komponen yang tersusun dalam tubuh keduanya berbeda. Dan hal tersebut mustahil.
Jika sudah terbukti bahwa alam (segala sesuatu selain Allah) hadis (berawal), maka sebuah keniscayaan membutuhkan pada muhdis (pencipta). Karena hadis tarjih al-wujud ‘ala al-’adam. Dalam arti, “wujud”nya alam karena mengalahkan kemungkinan “tidak ada”(‘adam). Sehingga mengharuskan ada kekuatan dari luar yang menjadikan alam tersebut ada dengan mengalahkan kemungkinan “tidak ada”. Sebagaimana seorang penulis bisa menjadikan ada dan tidak adanya sebuah tulisan. Adanya keinginan (menjadikan atau tidaknya sesuatu) tersebut itulah yang dalam istilah ilmu kalam dinamakan al-iradah





DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muhammad, Tauhid Ilmu Kalam,1998, Bandung : CV. Pustaka Setia
Aly, Abdullah dan Eny Rahma, 2008. Ilmu Alamiah Dasar, Bumi Aksara:Jakarta.
Nasution, Hasan Bakti, 2001. Filsafat Umum, Gaya Media Pratama : Jakarta
Sari, Milya, 2004. Diktat Ilmu Alamiah Dasar, Padang

NABI DAN RASUL

Beriman kepada Rasul-Rasul Allah merupakan rukun iman ke empat. Pengertian beriman kepada para nabi atau Rasul atau Nabi ialah meyakini atau mempercayai bahwa Allah telah memilih beberapa orang di antara manusia, memberikan wahyu kepada mereka dan menjadikan mereka sebagai utusan (Rasul) untuk membimbing manusia ke jalan yang benar. Allah berfirman : Qs. Yunus: 47

Kata Nabi berasal dari bahasa Arab “Naba” yang artinya pemberitahuan yang besar faedahnya, yang menyebabkan orang mengetahui sesuatu. Adapun menurut istilah, Nabi ialah orang yang diberi informasi oleh Allah tentang ke-Esaan-Nya dan dibukakan kepadanya rahasia zaman yang akan datang, dan diberi tahu ia adalah utusan-Nya.

Para ulama membedakan antara Nabi dan Rasul. Nabi adalah seseorang yang menerima wahyu untuk dirinya sendiri tanpa berkewajiban menyampaikan wahyu itu kepada umat. Sedangkan Rasul adalah seseorang yang menerima wahyu dari Tuhan untuk dirinya dan di bebani tugas untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada umatnya[10].

Nabi juga disebut Rasul yang artinya utusan. Karena Nabi itu mempunyai dua kesanggupan yaitu menerima perintah dari Allah, dan Ia menyampaikan risalah itu kepada manusia, yang pertama Ia disebut nabi, dan yang kedua ia disebut Rasul. Tetapi kata rasul mempunyai arti yang lebih luas, sebab menurut makna aslinya dapat diterapkan pada sembarang utusan, dan para Malaikat juga disebut rasul, karena mereka juga mengemban risalah Tuhan untuk menyamakan kehendak-Nya.

Nabi yang diutus Allah sebelum Nabi Muhammad SAW, mempunyai tugas terbatas. Mereka hanya membimbing bangsa atau kaumnya untuk waktu dan wilayah tertentu, sedangkan Nabi Muhammad SAW. Diutus untuk seluruh umat manusia , tanpa batas wilayah dan tak terbatas oleh waktu sampai hari kiamat.

Rasul adalah manusia yang dipilih oleh Allah dari keturunan yang mulia, mereka mengemban tugas-tugas yang istimewa yaitu sebagai duta besar Allah dan makhluk berakal (manusia).kepada Rasul itu diperintahkan oleh Allah menyampaikan pelajaran dan hukum-hukum kepada umatnya baik yang berkenaan perbuatan yang mulia yang harus dikerjakan maupun perbuatan-perbuatan yang buruk yang dilarang melakukannya.

Sebagai pedoman Allah menurunkan kepada Rasul itu kitab suci yang mengandung perintah-perintah dan pengajaran-pengajaran yang harus disampaikan, dan berisi norma-norma dan hukum-hukum yang dipandang baik oleh Allah bagi keselamatan hamba-Nya.

Seorang nabi bukan saja mengemban amanat Illahi, melainkan ia harus pula menunjukkan bagaimana mempraktekkan amanat itu dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu nabi adalah contoh atau suri teladan yang harus di ikuti. Justru itu Rasul dikaruniai ketinggian fitrah kejadian itu mempunyai sifat-sifat yang utama seperti sehat akal, amanah dalam menyampaikan apa yang diperintahkan, benar dalam segala pembicaraannya dan terpelihara dari segala perangai yang jelek. Anggota badan mereka bersih dari cacat yang tidak sedap dipandang mata yang menyebabkan orang menjauhkan diri dari padanya. Roh mereka mempunyai nilai yang lebih tinggi di sisi Tuhan yang tidak mungkin ditandingi oleh roh manusia biasa. Adapun di bidang lain mereka sama sebagaimana manusia biasa, seperti makan, minum, tidur, kawin dan sakit.

Mereka diutus oleh Allah untuk mengajarkan tauhid, meluruskan akidah, membimbing cara beribadah dan memperbaiki akhlak manusia yang rusak. Di samping itu para Rasul didukung oleh kekuatan Tuhan yakni mu’jizat sesuatu yang tidak bisa diselami oleh akal dan di luar kemampuan manusia. Mu’jizat ini menjadi bukti atas kebenaran dakwah nya. Beriman kepada para utusan (Rasul) cukup secara global (ijmali), dan yang wajib diketahui ada 25 Rasul.

Masalah yang masih diperselisihkan dalam kaitannya dengan iman kepada para Nabi dan Rasul adalah mengenai jumlahnya. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah seluruhnya adalah 124.000 orang. Dari sejumlah itu yang menjadi Rasul ada 313 orang.

Kebutuhan Manusia Kepada Rasul

Persoalan ini telah merupakan pertentangan paham di antara para sarjana, dalam masalah ini Muhammad Abduh dalam risalah Tauhidnya mengemukakan ada dua hal:

1. Dimulai dari kepercayaan tentang kekalnya roh sesudah mati.

2. Tabiat manusia sendiri hidup secara berkelompok


a. Kepercayaan Tentang Kekalnya Roh Sesudah Mati

Manusia sepakat tentang kekelnya Roh, tetapi mereka berbeda pendapat tentang : Menggambarkan tentang kekalnya roh, kemana perginya roh, dan jalan-jalan untuk membuktikannya. Ada yang mengatakan bahwa roh itu berpindah ke tubuh manusia/hewan, dan ada pula yang mengatakan kembali ke alam rohani yang bebas dari pengaruh materi. Di samping itu ada yang berpendapat bahwa roh itu segera menggabungkan diri dengan zat yang sangat halus (ether).

Perasaan itulah yang menggerakkan segala roh untuk merasakan kehidupan yang baqa lagi abadi dan mengenangkan bagaimana keadaannya bila ia telah sampai ke sana, bagaimana caranya mendapat petunjuk tentang itu dan manakah jalan yang harus dilaluinya. Namun diri mereka tidak diberi kekuatan untuk menembus rahasia apa-apa yang telah tersedia baginya dalam kehidupan di sana dan situasi-situasi yang akan ditemuinya. Maka merupakan hikmah kebijaksanaan Tuhanlah mengangkat orang-orang yang dipilihnya sendiri sebagai penghubung dua alam dunia dan akhirat. Mereka menerima perintah dari Allah untuk menerangkan:

  • Kebesaran Ilahi
  • Menerangkan kedaan yang menyangkut dengan sifat-sifat Allah,supaya menjadi kepercayaan yang merupakan sumber kebahagiaan di akhirat nanti
  • Tentang hal Ikhwal akhirat
  • Menyampaikan Syari’at-syari’at umum untuk mengatur diri mereka
  • Mengajarkan kerja-kerja yang membawa bahagia dan celaka kelak di alam ghaib.


b. Tabi’at Manusia Sendiri Hidup Secara Berkelompok

Manusia sama halnya dengan bermacam-macam jenis makhluk lainnya, yang menurut naluri/tabi’atnya adalah hidup berkelompok. Tiap-tiap kelompok bekerja untuk kepentingan semua dalam mempertahankan kebaqaan hidupnya. Masing-masing mereka saling butuh membutuhkan. Manusia tidak bisa hidup kecuali dengan melalui masyarakat. Untuk itu rasa kasih sayang dalam masyarakat itu harus dibina.

Dalam hidupnya manusia mempunyai keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan untuk mencapai kelezatan/kesenangan hidup. Kelezatan itu adakalanya bersifat jasmaniah dan adakalanya bersifat rohaniah.

Dalam mencapai kelezatan itu ada manusia menempuh jalan yang baik yaitu dengan berusaha secara wajar dan ada pula mencarinya dengan jalan yang tidak wajar.

Oleh karena itu untuk mempertahankan jenisnya dalam memelihara kebaqaannya perlulah umat manusia membina kasih sayang atau yang seumpamanya. Perlu adanya keadilan, memelihara hak dan kehormatan pribadi, serta undang-undang atau peraturan untuk menjamin tata tertib urusan manusia dalam segala bidang.

Semua manusia merasa dalam dirinya bahwa ia dikuasai oleh suatu kekuatan yang lebih tinggi dari kekuatan dirinya sendiri maupun dari kekuatan orang-orang yang berada di sekelilingnya. Perasaan itu mendorong manusia untuk mengetahui kekuatan yang maha besar itu. Bermacam-macam anggapan dan dugaan manusia tentang kekuatan Yang Maha Tinggi itu. Namun rahasia kebesaran Tuhan itu sukar di selami oleh akal manusia, sehingga ia tidak bisa mengelakkan dirinya dari kebingungan. Karena kelemahan itu manusia butuh kepada pengajaran dan pimpinan dari luar dirinya sendiri. Maka Tuhan menjadikan di antara kalangan manusia itu sendiri para pemimpin yang akan memberikan pimpinan dan petunjuk.


Fungsi Para Rasul

Nilai kedudukan para Rasul di antara bangsa-bangsa tak ubahnya seperti pentingnya akal pada setiap orang. Diutusnya mereka merupakan kebutuhan yang primer di antara banyak kebutuhan akal manusia dan merupakan suatu nikmat yang diberikan Tuhan kepada manusia. Kebutuhan itu adalah kebutuhan rohaniyah dan segala apa yang bersangkut paut dengan perasaan. Untuk menjelaskan secara terperinci segala seluk beluk mengenai kehidupan manusia sehari-hari, dan untuk mengajarkan bermacam-macam ilmu pengetahuan keduniaan bukanlah termasuk bidang tugas para Rasul, kecuali memberi garis besar yang umum saja.

Sedangkan yang menjadi bidang tugas para Rasul itu adalah :

a. Membimbing akal untuk mengenal Allah dan mengenal sifat-sifat ke-Tuhanan yang wajib diketahui oleh manusia.

b. Rasul-rasul itu menyatukan kepercayaan manusia untuk mengabdi hanya kepada satu Tuhan dan meratakan jalan antara manusia dan Tuhannya.
c. Mereka mengajak manusia kembali kepada hidup rukun, dan melatih diri untuk menanamkan rasa cinta kasih.
d. Meletakkan batas-batas larangan umum menurut yang diperintahkan Allah bagi umat manusia.

e. Para Rasul mensyari’atkan kepada manusia supaya membentuk diri mereka dengan sifat-sifat utama seperti : benar, amanah, menepati janji, dan sebagainya.



DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muhammad, Tauhid Ilmu Kalam,1998, Bandung : CV. Pustaka Setia
Aly, Abdullah dan Eny Rahma, 2008. Ilmu Alamiah Dasar, Bumi Aksara:Jakarta.
Nasution, Hasan Bakti, 2001. Filsafat Umum, Gaya Media Pratama : Jakarta
Sari, Milya, 2004. Diktat Ilmu Alamiah Dasar, Padang