Minggu, 16 September 2012

ALAM DAN PROSES PENCIPTAANNYA

Menurut kalangan Filosof

Adapun Penciptaan Alam menurut para filosof Islam :
  • Al-Farabi
Permasalahan yang muncul dalam kajian penciptaan alam ialah, apakah alam muncul langsung dari Tuhan atau tidak, kemudian apakah alam diciptakan dari tiada atau dari sesuatu yang ada. Menurut Al-Farabi, alam berasal dari Tuhan, namun melalui beberapa tahapan. Karena alam berasal dari Tuhan, maka alam diciptakan bukan dari tiada (al-maujudu minal ma’dum / creatio ex nihilio), melainkan dari suatu potensi (esensi) yang sudah ada, langsung dari Tuhan. Rumusan kedua ini tertuang dalam teori emanasi (hazriyat al-faydh)
Rumusannya :
Tuhan sebagai Akal berpikir tentang diri-Nya dan dari pemikirannya ini timbul satu wujud lain, yaitu akal pertama (first intellegence, atau wujud kedua. Akal pertama ini, karena ia berasal dari Tuhan yang esa, tanpa materi
(جوهر غير متجسم أصلا ولا مدة)
Kemudian akal pertama (wujud kedua)memikirkan Tuhan, lalu muncul akal ketiga. Akal ketiga memikirkan ketiga akal kedua, muncul akal keempat. Demikian seterusnya, sampai muncul akal yang kesepuluh. Setiap akal mempunyai wujud dan jiwanya masing-masing, sampai pada akal 10 (yang digelar sebagai an-nafs al-kull / jiwa universal). Dari akal 10 inilah terjadinya alam semesta termasuk manusia.

  • Ikhwanus Shafa
Al-farabi mengajukan teori emanasi (al-faydh), yaitu alam semesta memancar dari kesempurnaan wujud Allah. Akan tetapi bagi Ikhwanus Shafa menggunakan istilah lain yang disebut dengan “al-shudur”. Al-shudur pada prinsipnya mengetengahkan proses penciptaan alam melalui delapan tingkatan. Kedelapan fase tersebut :
-    Akal fa’al / akal kulli,Merupakan akal tertinggi, karena dia mampu berhubungan langsung dengan Allah, akal fa’al memiliki hubungan yang erat dengan Allah, disamping karena kemampuannya berhubungan dengan Allah, ia juga manifestasi dari Allah.
-    An-nafs al-kulliyah / Jiwa Universal, artinya inti dari jiwa seluruh alam semesta. Dari an-nafs al-kulliyah ini kehidupan, yaitu kehidupan tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.
-    Al-hayula al-ula, yaitu materi pertama. Ketika jiwanya sudah tersedia, lalu muncul materi pertama, sebagai bahan dari segala alam materi. Hayula al-ula ini menjadi bahan dasar fisik dari benda-benda (ma’adin), termasuk tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.
-    Al-thabi’ah al-fa’ilah, yaitu sifat-sifat natur yang melekat pada aflak dan unsur-unsur yang empat. Sifat natur itu seperti adanya api panas,dingin es dan lain sebagainya.
-    Jisim muthlaq, yaitu benda muthlaq yang riil sebagai perwujudan baru dari al-hayula al-ula.
-    Aflak, yaitu benda-benda angkasa yang sudah riil, sebagai perwujudan baru dari benda mutlak.
-    Al-anasir, yaitu unsur-unsur alam semesta seperti air, api, tanah dan angin.
-    Ma’adin (mineral), hayawanat (tumbuhan), insan( manusia) dan Nabatat (tumbuhan).




Menurut Kalangan Ilmuwan

Menurut sudut pandang ilmiah ada beberapa teori tentang penciptaan alam, namun di sini pemakalah hanya memaparkan 2 teori :
o Teori Keadaan Tetap dan Teori Ekspansi dan Kontraksi
Teori ini berpendapat bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir
o Teori Big Bang
Menurut teori ini alam semesta berasal dari masa yang sangat padat sekali, karena begitu padat, reaksi inti masa tersebut meledak. Masa yang meledak tersebut berserakan, mengambang dengan cepat menjauhi pusat ledakan, sehingga terbentuklah alam semesta. Adapun isi dari alam semesta tersebut adalah materi-materi hasil ledakan tadi. Setelah berjuta-juta tahun, masa yang berserakan itu berbentuk kelompok-kelompok. Kenyataan ini yang dikemukakan teori Big Bang, sekali lagi telah dinyatakan dalam Al-Quran empat belas abad yang lalu saat manusia memiliki kemampuan terbatas tentang alam semesta :
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya pada langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya (QS Al Anbiyaa 30)”
Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal dan membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain. Mengembangnya alam semesta adalah salah satu bukti terpenting yang ditunjukkan alam semesta yang diciptakan dari ketiadaan. Big Bang merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah diciptakan dari ketiadaan, dengan kata lain ia telah diciptakan Allah SWT.

 


Menurut Kalangan Mutakallimin
Alam adalah segala sesuatu selain Allah. Berawal (hadis) atau tidak berawal (qadîm) nya alam, tergantung dari terbatas (mutanahi) atau tidak terbatas (ghair al-mutanahi) nya bagian yang melengkapi alam. Jika bagian yang melengkapi alam sampai pada batas tertentu (had mu’ayyan), maka batas paling akhir dari bagian tersebut itulah yang dinamakan al-jawhar al-fard (atom). Dengan kata lain al-jawhar al-fard adalah batas maksimal suatu pembagian. Disini para mutakallimîn sekaligus merobohkan argumen filsuf yang berasumsi alam itu qadîm (tak berawal). Para Mutakallimin  mengatakan : jism (corpuscle) yang dalam hal ini merupakan bagian dari alam, pada prakteknya ada keterpautan antara satu dengan yang lain. Karena secara kasat mata, misalnya, gajah berbeda dengan semut. Jika tidak terbatas (ghair almutanahi) sebagaimana asumsi para filsuf, maka tidak ada bedanya antara gajah dan semut. Padahal komponen yang tersusun dalam tubuh keduanya berbeda. Dan hal tersebut mustahil.
Jika sudah terbukti bahwa alam (segala sesuatu selain Allah) hadis (berawal), maka sebuah keniscayaan membutuhkan pada muhdis (pencipta). Karena hadis tarjih al-wujud ‘ala al-’adam. Dalam arti, “wujud”nya alam karena mengalahkan kemungkinan “tidak ada”(‘adam). Sehingga mengharuskan ada kekuatan dari luar yang menjadikan alam tersebut ada dengan mengalahkan kemungkinan “tidak ada”. Sebagaimana seorang penulis bisa menjadikan ada dan tidak adanya sebuah tulisan. Adanya keinginan (menjadikan atau tidaknya sesuatu) tersebut itulah yang dalam istilah ilmu kalam dinamakan al-iradah





DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muhammad, Tauhid Ilmu Kalam,1998, Bandung : CV. Pustaka Setia
Aly, Abdullah dan Eny Rahma, 2008. Ilmu Alamiah Dasar, Bumi Aksara:Jakarta.
Nasution, Hasan Bakti, 2001. Filsafat Umum, Gaya Media Pratama : Jakarta
Sari, Milya, 2004. Diktat Ilmu Alamiah Dasar, Padang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar